Mengenai Saya

Foto saya
sanggau, kalimantan barat, Indonesia
seorang penyuluh pertanian lapangan yang pengen pinter.ter...ter.

salam

assalamualaikum wr. wb.
selamat datang!
jangan kaget masih dalam tahap belajar!

Minggu, 06 Maret 2011

faktor pembentuk motivasi


Menurut Rogers (1985) parameter dalam pengukuran status sosial ekonomi adalah kasta, umur, pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partisipasi sosial, hubungan organisasi pembangunan, pemilikan lahan, pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya. Sedangkan Hartatik (2004) berpendapat bahwa motivasi dibentuk oleh beberapa faktor, baik faktor internal yang bersumber dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang bersumber dari luar diri individu. Faktor-faktor internal yang membentuk motivasi adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, dan luas lahan (karakteristik individu). Sedangkan faktor eksternal yang membentuk motivasi adalah lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, dan kebijakan pemerintah.

1.      Faktor Intrinsik
a)      Umur, Slamet (1994) berpendapat bahwa faktor umur sangat penting dalam partisipasi, biasanya mereka yang masuk golongan 30-40 tahun dimana semakin tua usia semakin aktif keterlibatannya dalam partisipasi terhadap pelaksanaan. Dan menurut Hernanto (1984) umur petani sangat mempengaruhi pengetahuan fisik dan merespon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahatani.
b)      Pendidikan. Pendidikan adalah proses yang dilakukan secara sadar baik formal maupun informal yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pembentukan kepribadian. Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat adaptifitas masyarakat terhadap modernisasi, mereka lebih cenderung mempertahankan pola-pola yang sudah ada, yang sudah pasti dan yang telah mereka kenal dengan baik. Adanya suatu perubahan dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak pasti dan mengandung resiko. Biasanya bersedia melakukan perubahan apabila ada jaminan bahwa perubahan tersebut akan membawa hasil yang lebih baik bagi mereka (Khaeruddin, 1992).
Pendidikan formal sangat berpengaruh terhadap motivasi seseorang. Khususnya dalam tanggapan untuk menerima adanya inovasi, seseorang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menanggapi inovasi atau isu yang berkembang. Karena seseorang lebih berpikiran rasional setelah mendapatkan ilmu-ilmu yang didapatnya dari bangku sekolah (Kartasapoetra, 1991).
Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi kelompok orang  untuk memenuhi keperluan khusus. Pendidikan non formal dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan standart kehidupan dan produktivitas kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan (Suhardiyono, 1989).
c)      Luas lahan. Tanah adalah sumber modal atau tempat dari bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi barang modal (Tohir, 1983). Dan menurut Mardikanto (1993) petani yang menguasai lahan sawah yang luas akan memperoleh hasil produksi yang besar dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini, luas sempitnya lahan sawah yang dikuasai oleh petani akan sangat menentukan besar kecilnya pendapatan ekonomi yang diperoleh. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit seringkali menjadi kendala untuk dapat mengusahakan secara lebih efisien. Dengan keadaan tersebut, petani terpaksa melakukan kegiatan diluar usahatani untuk dapat memperoleh tambahan pendapatan agar mencukupi kebutuhan keluarganya.
d)     Pendapatan. Besarnya pendapatan akan menunjukkan tingkat sosial ekonominya dalam masyarakat disamping pekerjaan, kekayaan dan pendidikan. Keputusan seseorang dalam memilih jenis pekerjaan akan sangat dipengaruhi oleh sumber daya dan kemampuan dalam diri individu, jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran seseorang yang juga menentukan tingkat kesejahteraan dalam status sosial ekonomi (Mubyarto, 1985).
Soekartawi (1996) berpendapat bahwa tingkat pendapatan merupakan salah satu indikasi sosial ekonomi seseorang yang sangat dipengaruhi oleh sumber daya dan kemampuan dalam diri individu. Jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran seseorang juga menentukan tingkat kesejahteraan dalam status sosial seseorang.
2.      Faktor Ekstrinsik
a.       Lingkungan Sosial. Menurut Mardikanto (1996) lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam diri petani adalah kebudayaan, opini publik, pengambilan keputusan dalam kelompok, kekuatan lingkungan sosial. Kekuatan-kekuatan sosial (kelompok organisasi) yang ada di dalam masyarakat terdiri dari kekerabatan tetangga, kekompakan acuan, kelompok minat dan kelompok keagamaan. Lingkungan sosial dipengaruhi oleh kekuatan politik dan juga kekuatan pendidikan. Melalui pemahaman tentang kekuatan-kekuatan politik yang ada, dapat diperoleh dukungan serta dihindari hambatan-hambatan yang bersumber pada kekuatan politik tersebut.
b.      Lingkungan Ekonomi. Menurut Mardikanto (1996) lingkungan ekonomi terdiri dari:
1.      Lembaga pengkreditan yang harus menyediakan kredit bagi petani kecil Fasilitas kredit merupakan bagian yang menyatu dengan pengembangan usaha dalam bidang agribisnis. Di Inonesia sudah diterapkan suatu peraturan yang bersifat wajib dipatuhi dimana bank harus mengeluarkan beberapa persen dari dana kreditnya untuk kepentingan sektor agribisnis. Bank harus benar-benar mengamati kondisi dari usaha agribisnis yang dituju sebagai sektor yang benar-benar dapat mengembangkan bidang agribisnis (Siagian, 1999).
2.      Produsen dan penyalur sarana produksi/ peralatan tanaman Petani produsen merupakan penghasil barang-barang hasil pertanian untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan barang-barang hasil pertanian dari petani produsen, kemudian memasarkannya kembali dalam partai besar kepada pedagang lain (Rahardi, 2000).
3.      Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
4.      Pengusaha industri pengolahan hasil pertanian
c.       Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia senantiasa didasarkan pada amanat yang telah ditulikan dalam GBHN. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pertanian secara lebih merata. Dalam bidang pertanian tujuan pembangunan pertanian tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi, produktivitas tenaga kerja, tanah dan modal (Soekartawi, 1987).

Tidak ada komentar: